Saya ini orangnya cengeng.
Saya selalu sedih untuk setiap perpisahan, perpisahan dengan seseorang atau sesuatu yang menghiasi dan memberi ukiran di hati dan dalam kehidupan saya .
Dari perpisahan meninggalkan kantor lama, ditinggal resign oleh bos, berpisah dengan teman dekat, diputusin atau memutuskan mantan pacar (dari yang shy boy sampai yang bad boy haha..), meninggalkan status 'lajang' saya (karena takut akan kebebasan yang terengut setelah saya menikah), ditinggal meninggal oleh orang-orang yang saya cintai, kehilangan perhiasan (beli dengan gaji pertama saya saat sudah bekerja di Jakarta) karena dicuri maling, kehilangan anjing yang saya rawat (sampe bela-belain menyisihkan gaji saya setiap bulannya) karena dibuang oleh ibu saya, meninggalkan kamar kos-kos-an saya di Yogyakarta dan tentu saja kotanya, merelakan motor tercinta yang selalu menemani saya (dari ke kampus, ke rumah anak-anak tempat saya memberikan les privat bahasa Inggris, pacaran, ke rumah dosen sampe clubbing) selama menuntut
kuliah di Yogyakarta untuk dijual, karena tidak mungkin dibawa ke
Jakarta, sampai perpisahan meninggalkan rute jalan pulang pergi (terjauh) yang pernah saya lewati setiap hari kerja, karena rute ini adalah rute jatuh bangun saya untuk tetap semangat pergi kerja (dahulu). Intinya adalah dari hal yang paling 'berat' sampai hal-hal yang sangat sepele (mungkin menurut orang lain) tetapi bagi saya lebih dalam arti dan maknanya.
Saya selalu menangis, biasanya dalam diam dan inginnya hanya saya yang tahu, walaupun akhirnya akhirnya ketahuan karena mata tidak bisa berbohong dan memang cukup sulit untuk menyembunyikan sebuah perasaan.
Saya tidak tahu mengapa air mata saya bisa menetes, yang pasti hati saya yang sedang bersedih menginstruksikannya seperti itu dan anggota tubuh (kedua mata) menurutinya.
Kemudian timbul pertanyaan "Kenapa harus ada perpisahan?" Yang akhirnya membuat hati ini sakit dan terluka?
Saat saya merenung dan mencoba mencari jawaban atas apa yang sebenarnya saya tangisi dan saya menyadari bahwa sebenarnya bukan perpisahan yang membuat saya menangis, tetapi kenangan yang akan dibawa pergi oleh orang atau sesuatu tadi saat peristiwa atau kejadian dan kebiasaan-kebiasaan yang mungkin akan hilang bersama dengan momen perpisahan tadi. Kenangan yang mungkin tidak akan saya lakukan, saya temui, saya rasakan, saya lihat, saya sentuh dan pegang, saya cium atau tidak akan saya jalani lagi.
Tetapi hidup selalu terus bergerak dan perpisahan selalu ada di dalamnya. Kita sebagai manusia tidak diberikan banyak pilihan, saat kita sebagai manusia tidak bergerak, sang 'hidup' tidak punya waktu untuk menunggu dan manusia dipaksa untuk mengejar sang 'hidup' yang sudah berjalan terlebih dahulu di depan. Jika pilihannya berdiam, maka sang manusia akan kalah, berhenti dan 'mati' dalam kenangan tersebut.
So long, Farewell, Auf wiedersehen, Good Bye. I hate to go and leave this pretty sight - The Sound of Music
It's not the Goodbye that hurts, but the flashback that follow - NN
(Tulisan ini ter-inspirasi oleh perpisahan dengan Tieke M. Utama, seorang 'guru' dan teman terbaik pada masanya.)
No comments:
Post a Comment