Kepada Dia,
yang masih bergurau padaku,
untuk sebuah kehidupan,
keterbukaan atas kesempatan,
keleluasaan pilihan, jahat-baik bergulat begitu hebatnya
Untuk pelukan senyap saat aku menangis,
meraung terluka, tersedu bahkan dalam air mata diamku,
untuk sebuah ruang bebas saat sorak sorai,
suka dan cita, kebahagiaan duniawiku
Sebuah genggaman tangan dalam keputusasaanku,
jatuh bangun keterpurukanku,ketiadaanku
sandungan pahit, kegagalan demi kegagalan
kadang lantas tak ingin bangkit lagi,
lalu sebentuk keberuntungan itu,
tanpa aku sadari, Dia masih terus mengajakku bergurau,
sekali lagi, tahun ini, gurauan serupa,
kadang melelahkan, sesaat kurindukan,
kadang pula kuacuhkan,
demi nafas-nafas itu,
kawan, lawan, penonton dan pemainnya,
yang selalu menyiapkanku, menguatkanku
Baiklah..dengan segala kesombonganku kuakui
aku rasa aku masih membutuhkan lelucon itu
yang masih bergurau padaku,
untuk sebuah kehidupan,
keterbukaan atas kesempatan,
keleluasaan pilihan, jahat-baik bergulat begitu hebatnya
Untuk pelukan senyap saat aku menangis,
meraung terluka, tersedu bahkan dalam air mata diamku,
untuk sebuah ruang bebas saat sorak sorai,
suka dan cita, kebahagiaan duniawiku
Sebuah genggaman tangan dalam keputusasaanku,
jatuh bangun keterpurukanku,ketiadaanku
sandungan pahit, kegagalan demi kegagalan
kadang lantas tak ingin bangkit lagi,
lalu sebentuk keberuntungan itu,
tanpa aku sadari, Dia masih terus mengajakku bergurau,
sekali lagi, tahun ini, gurauan serupa,
kadang melelahkan, sesaat kurindukan,
kadang pula kuacuhkan,
demi nafas-nafas itu,
kawan, lawan, penonton dan pemainnya,
yang selalu menyiapkanku, menguatkanku
Baiklah..dengan segala kesombonganku kuakui
aku rasa aku masih membutuhkan lelucon itu
No comments:
Post a Comment