Wednesday, August 31, 2016

Puisi Sisa di bulan Agustus

Ada puisi pada rintik-rintik tadi malam,
senandung tentang dinginmu,
menggelitik telingaku, sesegera,
menganggu dengan sangat,
meski aku suka hujan,
ia mengembunkan masa silam kepayang

Ada puisi,
aroma kopi yang kuhirup pagi buta,
isi gelak tawa diracik dalam senyummu
kafein penawar kantukku,
semalaman, tahunan, hutang berjalan
Hitam pekat tanpa gula,
khas rasa candamu

Ada puisi tersisa di puntung rokok terakhir
menghisapnya sungguh nikmat,
hikmat duniawi tak terelakkan,
seperti berlari, lari dan sembunyi,
mencari, dicari,
bergantian dibalik semesta alam

Ada puisi amarah,
lewat pendemo yang kutemui kala senja,
di depan gedung tempat rakyat diwakilkan,
meski belum terwakilkan
Meledak-ledak bicara tentang kebenaran,
isinya cacahan kemerdekaan

Ada puisi di setiap hembusan nafasku,
tentang secuil kue dibagi rata,
dengan porsi yang sama,
ditaburi topping keadilan semu,
pada nampan kekuasaan,
sajian bagi si kambing-kambing hitam,
lalu aku meriang membayangkanmu


(Agustus memberi salam pada September, 2106)




No comments: