Tuesday, April 21, 2015

Harapan Kartini akan Pendidikan (anak perempuan) lewat sebuah suratnya (kepada nyonya R. Abendanon Mandri)

Sebuah Surat Kartini - Kepada Rosa Abendanon Mandri
21 Januari 1901

Tadi sore kami pergi ke pantai dan kami mandi di laut. Lautnya tenang menyenangkan dan sama warnanya. Saya duduk di atas batu karang dengan kaki terjuntai ke dalam air dan mata memandang jauh ke kaki langit. Aduhai! Alangkah indah jelitanya bumi ini. Kedamaian, rasa bahagia, rasa terima kasih meresap ke dalam hati saya. Alam tidak pernah membiarkan kami pergi sebelum dihiburnya, apabila kami datang kepadanya untuk minta dihibur.

Telah lama dan telah banyak saya memikirkan perkara pendidikan, terutama akhir-akhir ini. Saya pandang pendidikan itu sebagai kewajiban yang demikian mulia dan suci, sehingga saya anggap suatu kejahatan apabila tanpa kecakapan yang sempurna saya berani menyerahkan tenaga untuk perkara itu. Sebelumnya harus dibuktikan apakah saya mampu menjadi pendidik. Bagi saya pendidikan itu merupakan pembentukan budi dan jiwa. Aduh, saya sama sekali tidak akan dapat berpuas diri apabila sebagai guru saya merasa tidak dapat menjalankan tugas seperti yang saya wajibkan sendiri kepada pendidik yang baik. Dengan mengembangkan pikiran saja tugas pendidikan belum selesai, belum boleh selesai. Seorang pendidik harus juga memelihara pembentukan budi pekerti, walaupun tidak ada hukum yang secara pasti mewajibkan melakukan tugas itu. Namun, secara moril ia wajib berbuat demikian.

Dan saya bertanya pada diri saya sendiri: dapatkah kiranya saya menjalankan tugas itu? Saya, yang masih perlu juga dididik ini? Sering saya mendengar orang mengatakan bahwa dari yang satu dengan sendirinya budi itu menjadi halus, luhur. Tapi, dari pengamatan saya, saya berpendapat bahwa hal itu sama sekali tidak selamanya demikian. Peradaban, kecerdasan pikiran, belumlah merupakan jaminan bagi kesusilaan. Dan orang tidak boleh terlalu menyalahkan mereka yang budi pekertinya tetap jelek meskipun pikirannya cerdas benar. Sebab dalam kebanyakan hal, kesalahannya tidak terletak pada mereka sendiri melainkan pada pendidikan mereka. Aduh telah sangat banyaknya mereka mengusahakan kecerdasan pikiran. Tapi, apa yang telah diperbuatnya untuk pembentukan budi pekerti mereka?

Aduhai, dengan gembira saya benarkan pikiran suami nyonya yang demikian jelas terbaca dalam surat edaran tentang pengajaran untuk anak-anak perempuan Bumiputera: perempuan sebagai pendukung peradaban! Bukan, bukan karena perempuan yang dianggap cakap untuk itu, melainkan karena saya sendiri juga yakin sungguh-sungguh bahwa dari perempuan mungkin akan timbul pengaruh yang besar, yang baik atau buruk akan berakibat besar bagi kehidupan: bahwa dialah yang paling banyak dapat membantu meninggikan kadar kesusilaan manusia.

Dan, bagaimana ibu-ibu Bumiputera dapat mendidik anak-anaknya, kalau mereka sendiri tidak berpendidikan?

Karena itulah maka saya amat sangat gembira atas maksud yang mulia hendak memberikan pendidikan dan pengajaran kepada gadis-gadis Bumiputera itu. Sudah lama saya mengerti bahwa hanya itulah yang dapat membawa perubahan dalam kehidupan perempuan Bumiputera itu. Sudah lama saya mengerti bahwa hanya itulah yang dapat membawa perubahan dalam kehidupan perempuan Bumiputera yang menyedihkan ini. Pengajaran kepada anak-anak perempuan akan merupakan rahmat, bukan hanya untuk perempuan saja melainkan untuk seluruh masyarakat.

Di mana-mana kami mendengar orang membicarakan sekolah-sekolah yang akan didirikan untuk anak perempuan Bumiputera. Betapa bersinar-sinar mata kami. Dan hati kami menjadi gembira kalau kami mendengar rencana itu dibicarakan dengan penghargaan dan persetujuan yang begitu banyak. Kerap kami harus menggigit bibir untuk tidak bersorak-sorak kegirangan; menggenggam tangan kami erat-erat untuk tidak menyatakan kegembiraan kami dengan keras.

Di kalangan perempuan Bumiputera sendiri, sepanjang pengetahuan kami, sangat gembira akan hal ini. Semua yang kami ajak bicara tentang perkara itu ingin menjadi anak lagi untuk dapat turun mengeyam pengajaran itu. Alangkah bagusnya! Sekolah-sekolah Bumiputera di Pati, Kudus, Jepara dan di distrik-distrik dapat menunjukkan bukti-bukti nyata kepada nyonya mengenai keberhasilan pekerjaan yang mulia itu; anak-anak perempuan dari kalangan rakyat yang bersekolah di situ jumlahnya semakin bertambah.

No comments: