Si pesakitan,
meringkuk, tubuhnya bungkuk
kuku-kukunya berdarah,
patah,
penuh tanah
Mereka bilang sudah sebulan ia mengais-ngais akar pohon beringin itu,
meracau bahwa ada berlian dibaliknya,
yang ia kubur bersama kenangan.
Si pesakitan,
tubuhnya memerah,
bernanah,
terluka,
digaruk
Mereka bilang dia gatal-gatal lantas begitu saja mengaruk baju yang sudah kumal
Ketika kantuk melanda,
dipeluknya gulungan terpal,
dia pikir itu bantal sambil dibawanya berkhayal
Si pesakitan,
sendiri, kesepian,
mereka melihat hanya kasihan,
lalu bergumam;
"Itu kutukan!"
Mereka bilang di sebelahnya malaikat pencabut nyawa,
merantai
menanti,
mengintai,
Ada juga yang bilang si Jibril malas menghampiri
mungkin memberi waktu untuk memperbaiki
mereka lupa,
ia si pesakitan,
dan sudah sejak lama ia mati
daring arioncitra, Bogor 02.31 WIB
meringkuk, tubuhnya bungkuk
kuku-kukunya berdarah,
patah,
penuh tanah
Mereka bilang sudah sebulan ia mengais-ngais akar pohon beringin itu,
meracau bahwa ada berlian dibaliknya,
yang ia kubur bersama kenangan.
Si pesakitan,
tubuhnya memerah,
bernanah,
terluka,
digaruk
Mereka bilang dia gatal-gatal lantas begitu saja mengaruk baju yang sudah kumal
Ketika kantuk melanda,
dipeluknya gulungan terpal,
dia pikir itu bantal sambil dibawanya berkhayal
Si pesakitan,
sendiri, kesepian,
mereka melihat hanya kasihan,
lalu bergumam;
"Itu kutukan!"
Mereka bilang di sebelahnya malaikat pencabut nyawa,
merantai
menanti,
mengintai,
Ada juga yang bilang si Jibril malas menghampiri
mungkin memberi waktu untuk memperbaiki
mereka lupa,
ia si pesakitan,
dan sudah sejak lama ia mati
daring arioncitra, Bogor 02.31 WIB
No comments:
Post a Comment