Wednesday, September 4, 2019

Keimanan dalam lantunan puji-pujian (chanting) kepada Tuhan

Alkisah seorang suci, bernama Kabir (tokoh ini kalau tidak salah muncul sebagai penyair lirik cinta akan Tuhan) dari Varanasi yang juga seorang tokoh yang termasyur baik dikalangan Hindu maupun Muslim. Suatu ketika datanglah seseorang lelaki yang sangat putus asa akan hidupnya dan memutuskan untuk bunuh diri di sungai Gangga, sungai yang dianggap suci dan dipercaya bisa membersihkan jiwa-jiwa dari dosa. Maka sebelum bunuh diri ia berniat bertemu dengan Kabir, setidaknya sekali saja. Ia mengerti bahwa bunuh diri adalah sebuah kejahatan dan dosa, ia berpikir, jika sebelum bunuh diri dia bisa mendapatkan berkat dari Kabir, dosanya akan sedikit berkurang.

Maka ia mendatangi rumah Kabir, berteriak memanggil namanya dari luar rumah. Ternyata keluarlah istri Kabir dan memberitahu bahwa Kabir sedang tidak di rumah, tetapi sebentar lagi pati akan kembali pulang. Laki-laki itu bersikeras bahwa ia sangat depresi dan tidak punya banyak waktu dan harus bertemu Kabir, karena ia ingin segera mengakhiri hidupnya. Melihat laki-laki yang penuh penderitaan dan dalam keadaan tertekan tersebut, istri Kabir menyuruhnya masuk ke dalam rumah, duduk dahulu serta menyediakan segelas air untuknya, agar lebih tenang. Karena sikapnya yang lembut itu, ia menurut.

Istri kabir lalu bertanya, apa yang terjadi, kepahitan dan penderitaan berat apa yang membuatnya ingin bunuh diri?

Ia menjawab, semua, semua masalah menimpaku sehingga aku tidak mampu bertahan lagi, semua menderaku secara metal, fisikal, juga sosial. Aku kesulitan finansial, bermasalah dalam keluarga dan hal lainnya.

Maka dengan sikap yang lembut, istri Kabir bertanya apakah laki-laki itu pernah melantunkan lagu pujian-pujian kepada Tuhan (chanting)?

Ia menjawab, tidak, ia tidak punya waktu untuk hal seperti itu! Lalu ia mulai menangis dan berkata ia hanya mau bunuh diri.

Baik, sabar, jawab istri Kabir, kamu boleh tetap memutuskan untuk bunuh diri, tetapi sebelum itu coba sekarang kamu tenang, cobalah berserah pada Tuhan dengan penuh iman, lalu mulailah melantunkan pujian. Berserah dengan sepenuhnya pada Tuhan, tidak perlu lama-lama, cukup 3 kali mengucapkan nama Tuhan dengan sepenuh hati.

Sekali lagi karena kelembutannya, laki-laki itu setuju sambil bertanya, lalu nama Tuhan mana yang harus aku sebut?

Istri Kabir menjawab, Tuhan manapun, tetapi karena kamu sudah disini dan berniat bertemu Kabir maka, kamu bisa menyebutkan Ram (meskipun Kabir seorang Muslim, dia mendapatkan nama Ram dari gurunya yang seorang Hindu dan saat melakukan pujian Kabir menyebut Lord Ram).

Maka laki-laki itu mulai dengan duduk tenang, tutuplah matamu dan dengan seluruh penyerahan diri pada Tuhan mulainya melantunkan pujian, 3 kali atas nama Tuhan, istri Kabir menjelaskan. Ia mulai melakukannya perlahan dengan penuh keimanan, ia mulai melantunkan pujian sekali dengan sikap keimanan berpasrah seutuhnya pada Tuhan. Beberapa saat berlangsung dan setelah ketiga kalinya melakukan chanting, laki-laki itu masih menutup matanya, duduk terdiam dengan tenang di situ, waktu berjalan bahkan hingga 1 jam berlalu. 

Ketika ia membuka matanya istri Kabir ada di depannya dan berkata, baiklah karena kamu sudah 3 kali melakukan puji-pujian pada Tuhan, kamu boleh melakukan apapun yang ingin kamu putuskan dalam hidupmu.

Tetapi laki-laki itu berkata, aku akan pulang dan kembali ke tempatku dengan hal baru dalam hidup ini. Istri Kabir berkata, kamu ke sini hendak bertemu Kabir, tunggulah beberapa saat lagi.

Tidak, jawabnya, aku kesini hanya karena merasakan penderitaan yang amat dasyat, tetapi setelah melantunkan pujian pada Tuhan dengan 3x, aku sudah terbebas dari penderitaan ini semua, maka aku tidak membutuhkan Kabir lagi. Lalu ia pergi dan kembali pulang ke rumahnya serta mengurungkan niatnya untuk bunuh diri.      

Saat Kabir kembali, Ia bertanya pada istrinya apakah ada orang yang berniat bertemu dengannya? Lalu istrinya menceritakan semua hal tentang laki-laki tersebut, bahwa ketika ia menyuruh laki-laki itu menyanyikan pujian pada Tuhan secara tidak sadar ia masuk ke dalam meditasi dan merasakan
kedamaian.

Mendengar hal tersebut, Kabir menjadi marah dan berkata, apa yang sudah kamu lakukan? Kamu tidak bisa melakukan hal seperti itu, untuk bebas dari kesengsaraan, hanyalah cukup melakukannya sekali dengan penuh penyerahan seluruh keimanan pada Tuhan, tetapi kamu menyuruhnya untuk melakukannya sebanyak 3x dan itu sudah berlebihan. Atas apa yang kamu lakukan maka kamu tidak pantas lagi menjadi istriku.

Lalu istri Kabir menghampiri dan bersujud di kakinya sambil berkata, mohon dengarkan dahulu penjelasanku. Dengan berserah penuh pada Tuhan dan kesadaran penuh aku telah menguatkan imanku dan memberanikan diri menyuruh laki-laki yang penuh penderitaan tersebut melantunkan pujian pada Tuhan sebanyak 3 kali. Seperti yang ada dan tertulis dalam kitab, bahwa ada 3 jenis penderitaan yang selalu menimpa manusia; 1. Penderitaan baik mental maupun psikis 2. Penderitaan yang terjadi dari alam, seperti bencana alam, gempa bumi dan yang ke3 penderitaan yang disebabkan oleh orang lain. Dengan melakukan 3x chanting, aku mencoba memastikan semua kepahitan dan penderitaannya terhapuskan, laki-laki malang tersebut telah mengalami ketiga penderitaan tersebut.                                                                                                      
Kisah ini sebenarnya  memiliki makna mendalam tentang keimanan kita dan penyerahan kita kepada Tuhan. Kekuatan dalam melantunkan pujian Tuhan (chanting) sangat membantu saat meditasi. Terutama bagi kita yang baik pikirannya belum siap, belum cukup kuat dan belum cukup mantap saat memulai meditasi. Melakukan chanting dengan sungguh-sungguh dan penuh penyerahan pada Tuhan akan membantu kita untuk membersihkan pikiran dengan mendalami arti dalam syair chanting tersebut.

Diterjemahkan kembali dari kelas Vedanta Swami Ji Srigunananda, Agustus 3, 2019

Chadariya Jhini Re Jhini - Song of Kabir

No comments: