Thursday, May 16, 2019

Pak Samin

          Pagi itu sekitar pukul 8.15, tidak seperti biasanya, pak Samin ikut dalam antrian para pegawai yang menunggu lift di lantai 1 gedung bertingkat 14. Sesaat setelah pintu lift ditutup, masing-masing pegawai menekan tombol sesuai lantai kantor mereka berada. 3, 5, 8, 9, 11 dan 14. Cepat-cepat pak Samin menekan tombol lantai lift yang belum dipilih, 2, 6, 7, 10, 12 dan 13. Beberapa pegawai menatapnya penuh heran, sebagian berpandang-pandangan satu dengan yang lain, tetapi tidak seorang pun yang mengucapkan sepatah kata atas apa yang ia lakukan.

          Laki-laki berusia hampir 50 tahun itu bekerja sebagai sekuriti lantai dasar sejak 9 tahun yang lalu. Posnya berada di pintu gerbang belakang dekat parkiran motor gedung. Pak Samin keluar dengan segera dan tertunduk persis ketika pintu lift terbuka di lantai dua. 

"Kampungan, gak pernah naik lift!"

"Ngapain sih tuh sekuriti!?! Kurang kerjaan!"

"Dia yang pencet?"

"Iya, emang lu gak lihat tadi? Aneh."

"Gak ngerti orang buru-buru." Mereka mulai menggerutu baik yang sendiri, rekan satu kantor atau celetukan sesama orang asing.

          Seorang laki-laki parlente yang sejak masuk lift sudah menggunakan bluetooth handsfree, segera keluar saat lift berhenti di lantai 3, ia mendengus kesal. Sepertinya dia yang menekan tombol 14. Ada juga pegawai yang senyam-senyum menunggu giliran sampai di lantainya. 

"Piye pak? Uwis?" terdengar suara cempreng perempuan berumur dua puluhan tahun dari seberang saluran hp, "Bapak bertahan sampai lantai piro?"

"Piye, piye! Bapak ya malu! Lantai 2 langsung keluar saja! jawabnya, "sudah jangan aneh-aneh mintanya!" "Ish gitu aja sengit!

          Dua hari sejak kejadian itu, di sebuah rumah petak yang disulap menjadi kantor dadakan, kesibukan lain berlangsung. "Tulis saja 1 bulan dari sekarang." ujarnya sambil menatap serius pada komputer berlayar cembung yang sedang dioperasikan seorang perempuan muda berhijab. 

"Pak Samin karyawan tetap loh, pak! Terus gima.."

"Iya saya tahu, pihak manajemen gedung sudah setuju untuk membayarkan 70% pesangonnya," Laki-laki yang sepertinya pemilik kantor itu memotong, "mereka sudah lama menunggu alasan yang tepat buat memberhentikannya."

"Tapi kenapa tidak kita salurkan ke tempat lain saja, pak?"
"Siapa yang mau ambil orang tua macam dia jadi sekuriti? Jaman sekarang banyak anak muda yang lebih cocok buat keamanan, bisa rugi saya! Lagian katanya adikmu mau jadi sekuriti? Sudah buat saja suratnya! "

"Iya, tapi ya ampun kasihan pak Samin," sambil berpura-pura merapikan hijabnya untuk menyembunyikan matanya yang mulai berkaca-kaca, "tapi, pak istri pak Samin kan lagi hamil tua, nanti.."

"Kamu ini! Tapi, tapi! Tahu apa kamu! Itu istri kedua, kita gak ada urusan!



4 April 2018



No comments: