Saturday, February 13, 2021

Cintailah Aku

Bagi sebagian orang kalimat " Aku mencintaimu" sangat sulit diucapkan. Mungkin karena kalimat itu membawa tanggung jawab berat atau ketakutan menjadi bentuk berbagi keutuhan akan cinta diri sendiri, bisa juga tidak memahami artinya. Sebagian orang juga mungkin takut pada penolakan atas reaksi dari kalimat tersebut atau bisa jadi ada banyak alasan lainnya yang saya sendiri tidak bisa mengandaikannya, tentunya setiap kita punya alasan masing-masing. Memanglah sulit ketika "mencintaimu" berarti melihat dua sosok yang berbeda yaitu mencintai orang lain di luar diri kita sendiri. Tetapi bukan juga berarti mencintai orang lain dengan cara yang serupa seperti kita mencintai diri sendiri akan menjadi lebih mudah. Seperti halnya ketika setiap agama mengajarkan kita untuk mencintai sesamanya.

Sebuah puisi Hafiz (With That Moon Language) yang menyoal tentang cinta, saya temukan kira-kira hampir dua bulan yang lalu. Bait-baitnya saya baca berulang-ulang. Meski pendek, pesannya sangatlah mendalam dan sakral. Semakin sering diulang semakin membuat kesan pesimis di awal menjadi kian memudar. Saya terenyuh. Pernyataan "cintailah aku" sesungguhnya menjadi sebuah kalimat kuat yang tidak pernah sederhana ataupun mudah. Ya, manusia dan segala ego dalam dirinya selama ini dipermaklumkan menjadi sesuatu yang sangat manusiawi. Entah mengapa Hafiz mampu membuat personifikasi sedemikian dalamnya melalui bulan. Baik bulan penuh (purnama) dalam kesungguhan satu rasa kehidupan pada kedua bola mata manusia, juga bulan yang mampu berbahasa manis. Pada penglihatan Hafiz ada sebuah kalimat yang penuh dengan kerendahan dan kelembutan hati. Sebuah pernyataan yang lebih mendekati suatu permintaan yang perlahan-lahan memangkas seluruh ego diri dari mereka yang berani mengucapkannya. Dalam hati terutama secara langsung. 

Ketika mencoba, tentunya dalam hati, takut-takut jika mereka yang mendengar memang mungkin akan segera memanggil polisi, seperti yang telah diperkirakan Hafiz 🤭, maka kalimat merasuk pikiran, pikiran menyentuh hati. Keduanya ada di dalam tubuh manusia. Tubuh menerima instruksi pikiran yang telah melewati hati. Dan hati memanglah bagian dari tubuh manusia yang sungguh luar biasa. Ia jauh dari kebohongan, tidak pernah punya kehendak namun mampu menjadi penggerak kehendak. Terutama hati tentunya menciptakan dan mengolah kehendak-kehendak baik. Kalimat yang diucapkan dalam batin demi menyatukan hati kita pada setiap orang yang kita temui, yang kita ajak bicara dan kita ajak berinteraksi. Kalimat yang dengan sendirinya perlahan-lahan dirasakan mampu merubah hati kita menjadi melunak, ada keinginan untuk mengerti, ada kesabaran dalam diri juga rasa belas, kasih dan sayang. Bersamaan juga kalimat itu mampu membangun rasa untuk berusaha dengan kesadaran penuh memahami dari sisi mereka di luar diri kita sendiri yang (selama ini kita anggap) lain. Baik mereka yang sudah kita kenal lama, beberapa saat atau baru bertemu, tanpa terkecuali. Apa yang ada di hadapan saya saat ini adalah cermin diri saya sendiri yang juga satu dengan semesta dalam bentuk yang berbeda. Betapa indahnya berlainan dan berjarak tetapi sesungguhnya satu. Dan betapa dasyatnya jika setiap manusia memampukannya. 

Kata "cintailah aku" juga sedikit demi sedikit membantu kita untuk mengucapkan, mengamini lalu mengejawantahkan secara nyata atas kalimat yang sebelumnya (mungkin) sangat sulit kita ucapkan bahkan mungkin kita hindari, yaitu "aku mencintaimu setulus hati."

Selamat hari kasih sayang 🤍🕯🙏




No comments: